Featured Posts
Sabtu, 09 September 2017
Pengrajin Kendang Ponorogo
Mukri, 47, perajin kendang di Dusun Sukamakmur, Desa Ngilo Ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo seperti berjalan seorang diri selama 19 tahun menekuni profesinya. Tak ada pembinaan apalagi bantuan pendukung, namun dia berjuang agar tetap eksis di tengah moderninsasi.
Sudarmawan Ponorogo
Bayangkan jika reog tanpa kehadiran kendang. Akan terasa hambar. Sadar akan pentingnya profesinya membuat instrumen pendukung kesenian reog itu, maka Mukri tetap menggeluti usahanya. Jika ditelusuri lebih mendalam, usaha yang dirintis lelaki dua anak ini, juga turut menyokong dan membesarkan nama Ponorogo melalui hasil kerajinannya. Bahkan reog sekarang yang menasional dan mendunia.
Namun, tidak pernah mendapatkan sokongan dana bantuan dari Pemkab Ponorogo. Padahal dia ingin mendapatkan babntuan modal untuk meremajakan peralatan. Mukri pernah diundang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Ponorogo. Akan tetapi, sesampainya di kantor kedinasan itu, dia tidak mendapatkan bantuan modal yang dibutuhkan melainkan hanya piagam penghargaan. dinas meminta Mukri memberikan piagam itu ke bank untuk pengajuan pinjaman modal.
“Meski saya tak begitu mengerti perbankan, saya yakin piagam itu, dapat dijadikan jaminan untuk pinjaman modal,” terang warga Lerang Kaki Gunung Bodro perbatasan Ponorogo – Pacitan ini.
Meski demikian, dia tak pernah putus asal. Dia tetap meyakini, kendang maupun bedug yang diproduksinya menggunakan peralatan sederhana seperti tatah, palu, linggis, dan gergaji manual itu, hasilnya lebih berkualitas dibandingkan dengan hasil produksi pabrikan. Sebulan dia mampu membuat 20 kendang.
“Saya berani adu kualitas dengan kendang hasil pabrikan. Jelas kualitasnya lebih baik hasil tangan saya,” katanya. Rahasianya adalah kecermatan dalam menggarap dan memilih bahan baku. Mukri selalu menggunakan kayu nangka untuk menjaga kualitas suaranya.
Sayangnya, Mukri juga buta soal pemasaran, sehingga dia mempercayakan produksinya kepada pengepul seperti pemilik toko aksesori reog, pemilik galeri peralatan reog yang ada di Ponorogo dan Surabaya. Kendang reog dan kendang bem dia mematok harga Rp 1,3 juta, kendang karawitan Rp 600.000, dan ketipung atau kendang kecil dihargai Rp 60.000 per unit.
Jika Kalian ingin membeli kendang ini untuk cinderamata, kalian bisa menjumpainya di toko oleh oleh Ponorogo. Seperti di sekitar alun-alun Ponorogo banyak toko yang menjual berbagai cinderamata khas Ponorogo.
Reog Ponorogo
Ponorogo.. Ya Ponorogo adalah kota Reog. Banyak orang yang mendengar nama Ponorogo dan yang pertama terlintas di fikirannya adalah Reog. Ya Reog, siapa sih yang nggak kenal dengan tarian yang satu ini. Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Penulisan Dalam Penulisan Reog sendiri memiliki singkatan R berarti Resik(Bersih) E Berati Endah(Indah) O berarti Omber G berarti Girang Gumirang
Pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1920. Selain reog, terdapat pula penari kuda kepang dan bujang ganong. Reyog terdiri dari beberapa penari yaitu :
1. Prabu Kelono
Sewandono Prabu Kelono Sewandono ini
adalah tokoh utama dalam tari Reog Ponorogo. Beliau digambarkan sebagai seorang
Raja yang gagah berani dan bijaksana, digambarkan sebagai manusia dengan sayap
dan topeng merah. Beliau memiliki senjata pamungkas yang disebut Pecut
Samandiman.
2. Patih Bujangganong
Patih bujangganong adalah patih dari
Prabu Kelono Sewandono, merupakan tokoh protagonis dalam tarian ini. Dia
digambarkan sebagai patih yang bertubuh kecil dan pendek, namun cerdik dan
lincah. Patih Bujangganong disebut juga penthulan. Penarinya tidak
memakai baju, hanya rompi berwarna merah dan topeng berwarna merah juga.
3. Jathil
Jathil atau Jathilan adalah
sepasukan prajurit wanita berkuda. Dalam tari Reog Ponorogo, penari Jathil
adalah wanita. Mereka digambarkan sebagai prajurit wanita yang cantik dan
berani. Kostum yang dikenakan penari Jathil adalah kemeja satin putih sebagai
atasan dan jarit batik sebagai bawahan. Mereka mengenakan udheng sebagai
penutup kepala dan mengendarai kuda kepang (kuda-kudaan yang terbuat dari
anyaman bambu)
4. Warok
Warok adalah pasukan Kelono
Sewandono yang digambarkan sebagai orang yang sakti mandraguna dan kebal
terhadap senjata tajam. Penari warok adalah pria dan umumnya berbadan besar.
Warok mengenakan baju hitam-hitam (celana gombrong hitam dan baju hitam yang
tidak dikancingkan) yang disebut Penadhon. Penadhon ini sekarang juga digunakan
sebagai pakaian budaya resmi Kabupaten Ponorogo. Warok dibagi menjadi dua,
yaitu warok tua dan warok muda. Perbedaan mereka terletak pada kostum yang
dikenakan, dimana warok tua mengenakan kemeja putih sebelum penadhon dan
membawa tongkat, sedangkan warok muda tidak mengenakan apa-apa selain penadhon
dan tidak membawa tongkat. Senjata pamungkas para warok adalah tali kolor warna
putih yang tebal.
5. Pembarong
Pembarong adalah penari yang
memiliki peranan paling penting dalam tari Reog Ponorogo. Pembarong adalah
penari yang nantinya akan membawa Dadak Merak (topeng kepala singa dengan
hiasan burung merah dan bulunya di atas kepala singa) yang tingginya satu
setengah meter. Pembarong mengenakan celana panjang hitam dan baju kimplong
(baju yang hanya punya satu cantelan bahu) dan harus menggigit kayu di bagian
dalam kepala singa untuk mengangkat Dadak Merak. Seorang pembarong haruslah
orang yang sangat kuat, karena dia harus bisa menundukkan Dadak Merak hingga
menyentuh lantai dan mengangkatnya lagi ke posisi tegak. Dadak Merak disimbolkan
sebagai Singobarong, dan secara umum Dadak Merak inilah yang membuat tari Reog
Ponorogo menjadi sangat unik, karena bentuk topengnya yang sangat besar dan
khas serta adanya filosofi di dalamnya. Karena itu, pembarong benar-benar harus
memiliki keterampilan dan kemampuan yang tinggi agar bisa menghidupkan
Singobarong yang dimainkannya.
Seni Pertunjukan Gajah-Gajahan
Gajah-gajahan adalah salah satu bentuk
pertunjukan rakyat Ponorogo
selain Reyog.
Jenis kesenian ini mirip dengan hadroh atau samproh klasik,
terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah bahwa kesenian ini tidak
memiliki pakem yang tetap mulai alat-alat musik, gerak tari, lagu, dan bentuk
musiknya berubah seiring perkembangan zaman.
Perbedaan paling utama adalah
hadirnya patung gajah yang terbuat dari kertas karton
yang dilekatkan pada kerangka bambu. Dari segi simbol binatang yaitu gajah yang dijadikan salah satu alatnya,
menunjukkan bahwa gajah adalah binatang yang mudah
ditundukkan, santun serta banyak membantu pekerjaan manusia.
Pada
saat pertunjukan dimulai, patung gajah diangkat oleh dua orang yang masuk
ke dalamnya dan dinaiki oleh seorang bocah kecil, yang umumnya perempuan atau
laki laki yang didandani seperti perempuan, sambil diiringi oleh pemusik dibelakangnya.
Pemusik membawa alat-alat musik berupa Jedor, gendang, kentongan, atau
alat-alat musik lainnya.
Gajah-gajahan
di ponorogo masih banyak di jumpai entah
pada saat syukuran. Pada saat pertunjukan kesenian ini banyak antusias
masyarakat ponorogo yang ingin melihat, sehingga pertunjukan ini sangat ramai
di datangi oleh warga yang ingin menyaksikan. Jika kalian penasaran seperti apa
sih pertunjukan ini? Kalian bisa datang pada saat acara ini dilaksanakan di
ponorogo. Pasti bakalan meriah dan seru.
Pagelaran Wayang Kulit
WAYANG adalah seni
pertunjukkan asliIndonesia yang berkembang pesat diPulau Jawa dan Bali.
Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah sepertiSumatera dan Semenanjung
Malayajuga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaanJawa
dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCOmemasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Para Wali Sembilan di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kalih Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan. Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang asli nya. Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus di terjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia. (sik)
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujudmanusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadatyang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCOmemasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Para Wali Sembilan di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di jawa tengah dan wayang golek di Jawa barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kalih Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isi nya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan. Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang asli nya. Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus di terjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia. (sik)
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujudmanusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadatyang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.
Jaran Thek
Ponorogo tak hanya mempunya seni pertunjukan saja lo
gengs. Ada banyak macam seni pertunjukan di Ponorogo, salah satunya yang akan
kau bahas kali ini, yatu Jaran Thik. Kesenian Jaranan thik menggambarkan
tentang perjalanan hidup manusia yang diwarnai dengan cobaan, ataupun kemampuan
dalam melawan hawa nafsu. Balk yang berasal dan luar maupun dalam din manusia
itu sendiri.
Sekilas jaran thek ini seperti jathilan, namun karena ada
“warok”1, sejenis barongan namun hanya satu orang yang ada didalamnya. Jaran
thek ini juga mengunakan acara kesurupan juga. Kesenian lokal yang sudah lama
dan turun temurun ini sayangnya tidak diakui pemerintah ponorogo kalau ini
adalah kesenian asli ponorogo, namun karena kecintaan akan kesenian lokal
masyarakat di singgahan ini tetap eksis dengan dua kesenian yaitu reog dan
jaran thek. Nurhadi salah satu pemuda yang tinggal di dinggahan, dia salah
seorang pemain jaran thek yang sering menemani seorang “warok” bermain. Alunan
musik dan tembang jawa yang keluar dari gendang dan pelantunnya, jaran thek
juga lebih menarik dan benar-benar bisa memancingnya menari dengan total.
Tembang jawa atau sastra jawa in bisa dikatakan melukiskan bagaimana manusia
menjalankan mistik kejawen. Biasanya sastra dang gending berjalan bersama,
kedua unsur ini memang tidak bisa dipisahkan. Ini merupakan implementasi sebuah
pencarian Tuhan dengan keindahan 2 .
Kemenyan dibakar, dan ditaruh didekat jaranan, dan
juga di depan kendhang yang akan dipakai untuk mengiringi jaran thek. Ritual
inilah seperti yang digunakan untuk memanggil roh yang akan merasuki tubuh
pemain jaran thek. Selain untuk mengundang makhluk ghaib kemenyan ini juga
membuat suasana menjadi lebih mistis. Permainan dimulai, namun penari pertama
yaitu anak-anak. Untuk anak-anak ini jarang yang kesurupan. Penampilan yang
kedua baru para remaja, yang kesurupan bisa seperempat dari pemain. Pemain yang
kesurupan dalam jaran thek memang hanya orang-orang tertentu. Namun
sebrutal-brutalnya tingkah mereka, penonton yang menikmati pertunjukan tidak
akan diganggu.
Walaupun setelah bermain badan terasa sakit namun
pemain jaran thek tidak bosan dengan permainan ekstrim ini. Dia justru berani
melepaskan pekerjaan sehari-harinya demi bermain jaran thek. Seni pertunjukan
ini banyak di jumpai di Ponorogo. Pada saat acara tertentu kesenian ini di
pertunjukkan. Pertunjukan ini sangat seru sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)