Sabtu, 09 September 2017

Topeng Ganongan

Di tengah masyarakat modern yang berkembang saat ini, topeng menjadi bentuk karya seni yang memadukan nilai estetika dan spiritualitas. Tak hanya cukup dengan kata ‘indah’, terkadang seseorang membeli topeng, karena memiliki faktor x atau nilai misterinya. Namun, bagi sebagian pengrajin topeng Bujang Ganong asal Ponorogo, membuat topeng adalah mengukir sejarah untuk diteruskan ke anak cucu. Selain sebagai peluang usaha dan wirausaha yang cukup eksentrik, membuat topeng ternyata juga memiliki misi dalam memugar ingatan siapapun mengenai sejarah sebuah tempat dan cerita. Bahkan, di tahun 2015 ini, ada kecenderungan masyarakat mengangkat kembali kerajinan tangan klasik dan tradisional untuk tampil lebih masif, hal ini sejalan dengan visi dan misi pemerintah yang akan mendukung penuh bidang ekonomi kreatif, termasuk didalamnya kegiatan dan usaha dalam berkesenian dan budaya.

“Karakter Bujang Ganong atau Pujangga Anom ini merupakan salah satu karakter yang enerjik, kocak, sekaligus memiliki keahlian bela diri tinggi, sehingga penampilannya selalu ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak. Penggambaran Bujang Ganong yang muda, cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti mandraguna ini, harapannya kira-kira agar seseorang bisa meniru atau mencontoh karakter positif yang ada di Bujang Ganong.” Ujar Sutrisno, salah satu pengrajin topeng asal Ponorogo kepada wartawirausaha.

Topeng Tradisional, Cinderamata Favorit Yang Banyak Dicari
Untuk pemasaran dalam usahanya ini, Sutrisno mengaku tidak mengalami kendala yang berarti. Justru dia kerap kelimpungan memenuhi pesanan yang datang dari dalam kota maupun luar kota, karena kerajinan topeng hasil buatannya ini adalah barang cinderamata favorit yang paling banyak dicari oleh para wisatawan. “Biasanya toko cinderamata lebih dulu memesan saat saya belum menyetok topeng, jadi biar mereka kebagian. Karena begitu selesai membuat biasanya langsung ada yang ambil. Namun, jika yang memesan perseorangan dan topengnya akan dibuat pentas, saya memperlakukan dengan khusus.” Tambah Sutrisno.
Dalam seminggu, Sutrisno mengaku mampu memproduksi sekitar 40 topeng Bujang Ganong. Untuk pertopeng, Sutrisno membandrol dengan harga 250 ribu untuk topeng dengan rambut dari sapi. Jika yang digunakan rambut kuda, sutrisno membandrol topeng buatannya dengan harga 900 ribu. Selain Bujang Ganong, Sutrisno juga kerap mengerjakan topeng siongo barong atau reog. Untuk harga, Sutrisno mengaku sangat tergantung bahan baku yang digunakan. Jika singo barong menggunakan kulit harimau, satu set reog lengkap dengan gamelan bisa mencapai 30 – 40 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates