Di tengah masyarakat modern yang
berkembang saat ini, topeng menjadi bentuk karya seni yang memadukan nilai
estetika dan spiritualitas. Tak hanya cukup dengan kata ‘indah’, terkadang
seseorang membeli topeng, karena memiliki faktor x atau nilai misterinya.
Namun, bagi sebagian pengrajin topeng Bujang Ganong asal Ponorogo, membuat
topeng adalah mengukir sejarah untuk diteruskan ke anak cucu. Selain sebagai
peluang usaha dan wirausaha yang cukup eksentrik, membuat topeng ternyata juga
memiliki misi dalam memugar ingatan siapapun mengenai sejarah sebuah tempat dan
cerita. Bahkan, di tahun 2015 ini, ada kecenderungan masyarakat mengangkat
kembali kerajinan tangan klasik dan tradisional untuk tampil lebih masif, hal
ini sejalan dengan visi dan misi pemerintah yang akan mendukung penuh bidang
ekonomi kreatif, termasuk didalamnya kegiatan dan usaha dalam berkesenian dan
budaya.
“Karakter Bujang Ganong atau
Pujangga Anom ini merupakan salah satu karakter yang enerjik, kocak, sekaligus
memiliki keahlian bela diri tinggi, sehingga penampilannya selalu
ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak. Penggambaran Bujang Ganong yang muda,
cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti mandraguna ini, harapannya
kira-kira agar seseorang bisa meniru atau mencontoh karakter positif yang ada
di Bujang Ganong.” Ujar Sutrisno, salah satu pengrajin topeng asal Ponorogo
kepada wartawirausaha.
Topeng Tradisional, Cinderamata
Favorit Yang Banyak Dicari
Untuk pemasaran dalam usahanya ini, Sutrisno
mengaku tidak mengalami kendala yang berarti. Justru dia kerap kelimpungan
memenuhi pesanan yang datang dari dalam kota maupun luar kota, karena kerajinan
topeng hasil buatannya ini adalah barang cinderamata favorit yang paling banyak
dicari oleh para wisatawan. “Biasanya toko cinderamata lebih dulu memesan saat
saya belum menyetok topeng, jadi biar mereka kebagian. Karena begitu selesai
membuat biasanya langsung ada yang ambil. Namun, jika yang memesan perseorangan
dan topengnya akan dibuat pentas, saya memperlakukan dengan khusus.” Tambah
Sutrisno.
Dalam seminggu, Sutrisno mengaku
mampu memproduksi sekitar 40 topeng Bujang Ganong. Untuk pertopeng, Sutrisno
membandrol dengan harga 250 ribu untuk topeng dengan rambut dari sapi. Jika
yang digunakan rambut kuda, sutrisno membandrol topeng buatannya dengan harga
900 ribu. Selain Bujang Ganong, Sutrisno juga kerap mengerjakan topeng siongo
barong atau reog. Untuk harga, Sutrisno mengaku sangat tergantung bahan baku
yang digunakan. Jika singo barong menggunakan kulit harimau, satu set reog
lengkap dengan gamelan bisa mencapai 30 – 40 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar